Minggu, 17 Oktober 2010

Ahmad Dahlan Tukang Mutung dan Ngambekan...*Sebuah Pemikiran pribadi dalam film Sang pencerah.

Muhammad Darwis  lahir dari keluarga ulama . Ayahnya, KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta, dan ibunya, Nyai Abu Bakar adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.

Ia anak keempat dari tujuh orang bersaudara, Dalam silsilah, ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa 
Sepulang dari Mekah, Darwis muda  mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid’ah /sesat, Melalui Langgar / Surau nya Ahmad Dahlan mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.
Merasa dikucilkan dan tidak diterima oleh lingkungannya ahmad dahlan mengajak anak beserta istrinya Siti Walidah,pergi dari tempat itu pada malam dimana surau itu dirobohkan.Saat itu dia  pergi menumpang sepur di stasiun Tugu.Sedih,sakit hati,terpukul,dan putus asa,kecewa  mungkin yang dirasakan Ahmad Dahlan saat itu.D isisi lain sebagai dai dan dia harus tangguh dan tahan banting terhadap segala rintangan duniawi.Namun juga sebagai  manusia biasa hal itu cukup berat  kadang saat kita berjuang pun tak selamanya mulus seperti yang kita bayangkan.Apakah dengan adanya lisensi sekolah dari mekah Ahmad Dahlan mulus dalam perjuangan dakwahnya?Apakah dengan menjadi anak dari khatib dan ulama terkemuka di kesultanan Yogyakarta lantas membuat dia mudah mendapat pengakuan seperti anak pejabat – pejabat kita yang dengan mulus jadi PNS lantaran di Acc oleh bapaknya yang  kebetulan jadi pejabat tinggi.Aapakah kita setelah lulus SMU mulus perjuangan kita masuk kuliah,dan menghadapi kehidupan baru paska SMU?Apakah setelah lulus kuliah nanti kita akan langsung bisa mengaplikasikan ilmu kita atau langsung diterima kerja misalnya?Apakah dengan predikat “AL amin” yang artinya jujur lantas membuat Rasulullah dengan mudah diterima segala ajakan dan dakwahnya kepada penduduk Makkah untuk masuk  islam?tidak semudah yang kita bayangkan, setelah kita melewati satu babak lakon kehidupan,kita akan dihadapkan dengan babak baru lakon baru dalam hidup selanjutnya.Dan semua adalah proses berkesinambungan.
Teringat salah seorang tetangga saya yang berangkat dari makkah untuk  menunaikan ibadah haji ,segala pesta syukuran diadakan untuk melepas keberangkatannya,makan – makan ,iring – iringan sampai ke bandara keberangkatan oleh penduduk sekampung.Setelah tiba saatnya kepulangan para jemaah haji Indonesia termasuk tetanggaku itu disambut dengan sanak keluarga dan kerabat tak lupa tetangga,penampilannya bersorban dan dia rajin jamaah di masjid,anak kecil – kecil berebut salim dan minta didoakan.Seminggu dua minggu penampilan dan kebiasaannya saat awal pulang sudah mulai berubah,tak lagi berjamaah seperti saat baru pulang dari haji kemaren dan satu yang tidak berubah dari saat dia datang yaitu dia akan marah besar kalau dia dipanggil dengan sebutan tidak memakan “JI” yang artinya Haji.sama seperti saat aku belanja minyak tanah di warung kelontongannya,seperti biasa aku memanggilnya Pak de “Pak de....beli minyak tanah 2 liter” dengan muka tanpa ekspresi dia melayaniku,saat menyerahkan uang kembalian padaku mukanya tampak masam dan cemberut sambil berkata “ besok lagi kalau panggilnya gak pake haji gak di layani” lahh...?????aku pun senyum – senyum saja.Ini kan hanya panggilan?sefatal itu kah?Memang aneh orang – orang sekarang,mudah marah dan  ngambek hanya merasa diakui sebagai “alumni “Haji.Ya sudahlah......
Ahmad Dahlan  juga juga begitu dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo.Padahal jelas – jelas silsilah keluarganya dan ilmunya merupakan  lisensi untuk diterima.Tapi apakah semua perlakuan dan tuduhan tersebut lantas membuat Ahmad Dahlan  putus asa? dan “ngambekan”?tidak ....!! hal itu tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid murid setianya : Sudja, Sangidu ,Fahrudin Hisyam dan Dirjo), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga tidak di injak-injak.
Andaikan dulu saat Ahmad dahlan dikucilkan dan tidak diterima oleh lingkungannya serta dituduh sebagai kyai Kejawen lalu ngambekan dan putus asa lalu tidak melanjutkan perjuangannya apa kita bisa melihat Muhammadiyah seperti sekarang.Andaikan dulu  saat Rasulullah Diludahi,dihina diperangi dan diusir saat  mendakwahkan Islam ngambek,meraju,mutung dan putus asa,apakah kita bisa menemukan kejayaan islam,yang insyaallah akan kita temukan kembali kejayaannya sekali lagi.Apakah dengan sebutan “haji” tetanggaku bisa menjadi haji mabrur?Wallahu’alam Bisowab.

Jumat, 15 Oktober 2010

Sungguh Kasihan Para Pecinta.....


Kisah cinta yang berbinar….
Binar cinta yang bersemi di mushola kampus, bangku kuliah, Forum diskusi, dan yayasan tempat mereka bergulat dengan aplikasi kehidupan sosial.Di tengah aktifitas itulah cinta mereka bersemi.Bersemi dengan suci dan indah.
Tapi cinta gadis jawa dan pemuda keturunan cina itu kandas.Kasih mereka tak sampai ke pelaminan.Restu orang tua si gadis tak berkenan meneruskan riwayat asmara putih mereka.Tragis.sungguh sangat tragis.Karena dihati siapapun cinta yang suci dan tulus seperti itu singgah,kita seharusnya mengasihi pemilik hati itu.Sebab itu adalah perasaan yang luhur.sebab perasaan yang luhur begitu adalah gejolak kemanusiaan yang direstui di sisi Allah.Sebab karena direstui itulah Rasulullah lantas bersabda,”Tidak ada yang lebih baik bagi mereka yang sudah saling jatuh cinta kecuali pernikahan.”
Islam memang begitu.Sebab ia adalah agama kemanusiaan, agama fitrah.Sebab itu pula nilai – nilainya selalu ramah dan apresiatif terhadap gejolak jiwa manusia.Dan sebab cinta adalah perasaan manusia yang paling luhur,maka mengertilah kita mengapa ia mendapat ruang yang sangat luas dalam tata nilai Islam.
Itu karena Islam memahami betapa dahsyatnya goncangan jiwa yang dirasakan orang – orang yang sedang jatuh cinta.Tak ada tidur.Tak ada lelah.Tak ada takut. Tak ada jarak.Tak ada aral.Yang ada hanya hasrat,hanya tekad, hanya rindu,hanya puisi,hanya keindahan.Puisi adalah busur yang mengirimkan panah – panah asmara ke jantung hati sang kekasih.Rembulan dan seluruh alam adalah utusan hati pembawa pesan kerinduan yang tak pernah lelah melawan waktu.
Dua jiwa yang sudah terpaut cinta akan tampak menyatu bagai api dengan panasnya,salju dengan dinginnya,laut dengan pantainyarembulan dengan cahayanya.Mungkin terlalu berlenbihan,atau mungkin memang begitu adanya.Siapapun yang melantunkan bait ini agaknya memang mewakili perasaan banyak arjuna yang sedang jatuh cinta: “separuh nafasku…terbang bersama dirimu…”
Bisakah kita membayangkan betapa sakitnya sepasang jiwa yang dipautkan cinta lantas di pisah oleh tradisi atau apa saja?Tragedi Zaenuddin dan Hayati dalam Tenggelamnya Kapal Vanderwijck, atau Qais dan Laila dalam Majnunu Laila, terlalu miris bukan? Sakit, Terlalu sakit. Karena dialam jiwa seharusnya itu tak ada.Tragedi cinta selamanya merupakan tragedi kemanusiaan.sebab memisahkan suami istri yang saling mencintai adalah misi terbesar syetan.Dan sebab itu menjodohkan sepasang kekasih yang saling mencintai adalah tradisi kenabian.Suati saat,Khalifah al Mahdi singgah beristirahat dalam perjalanan haji ke makkah.Tiba – tiba seorang pemuda berteriak lantang ,”Aku sedang jatuh cintaa….!!!”Maka Al Mahdi pun memanggilnya,”Apa masalahmu..?”Aku mencintai putrid pamanku dan ingin menikahinya.Tapi ia menolak karena ibuku bukan arab.Sebab itu adalah aib dalam tradisi kami.”Al Mahdi pun memanggil paman pemuda itu dan berkata padanya,”Kamu lihat putra – putrid Bani Abbasiyah? Ibu – ibu mereka juga banyak yang bukan arab.lantas apa salah mereka?Sekarang nikahkanlah pemuda ini dengan putrimu dan terimalah 20 ribu dirham ini;10 ribu untuk aib dan 10 ribu untuk mahar.”

 
Copyright © Pelangi Hati Husna. All rights reserved.
Blogger template created by Templates Block | Start My Salary
Designed by Santhosh