Laju motor yang saya boncengi bersama seorang teman disiang terik itu kira –
kira 40 km/ jam ditengah lalu lintas yang padat di tengah kota Yogyakarta. Kota yang paling nyaman dibanding
kota lain yang pernah saya tinggali, namun semakin lama Yogyakarta terasa
semakin padat dan macet khas kota metropolitan yang lain.Kendaraan semakin
banyak dan polusi dimana – mana.
Saya tidak ingin membahas sisi polusi kota
Yogyakarta,saya ingin bercerita kejadian siang itu tepatnya di bangjo)* jalan
Jendral Sudirman depan Tokobuku Gramedia, harusnya kalau dari arah tugu pengendara harus mengambil arah kiri atau
kanan dan tidak boleh lurus.tapi ternyata saat lampu hijau dengan “pede”nya teman yang membonceng saya tersebut
melaju lurus tentu saja saya teriak –
teriak menyuruh dia berhenti.
“kenapa sih?. Ini benar tau….”kata teman saya menanggapi
reaksi saya tersebut.
Dan benar saja,tidak sampai lima menit kami langsung
disusul pak polosi lalulintas muda yang segera mencegat kami,dan pasti taukan
cerita selanjutnya….?
Andaikan tadi saya yang nyetir didepan,mungkin tidak
begini jadinya maklum mahasiswa, uang sepuluh duapuluh ribu itu sangat berharga
bagi kami untuk menyambung nyawa ( Lebay…) karena itu jatah makan selama
beberapa hari. ceritanya mahasiswa ngeles didepan pak polisi,beda nyatanya jika
pengusaha merangkap mahasiswa.hehehe…..(tambah lebayy….)
Sebelum bicara ngelantur lebih jauh. Mari kita mengambil hikmah dalam
cerita diatas apakah hikmah yang bisa diambil didalamnya?.Lihatlah rambu –
rambu dengan benar..?Jangan suka bercanda dijalan..? Jangan suka nge_les
didepan pak polisi..? jangan berkendara dijalan macet..? hahaha…. BUKAN.
Ijinkanlah saya bertanya, “Siapa yang mengendarai motor
saya…? Yup.Benar, teman saya yang tidak “Melek” rambu dan saya yang percaya
jadi pembonceng.Lantas apa istimewanya..?.Harusnya saat saya yang punya dan tau
tujuannya sayalah yang harus memboncengnya.
Sekarang
bagaimana jika hal itu terjadi dalam motor atau mobil kehidupan kita ?”.Siapakah
yang mengendarai motor atau mobil
kehidupan kita ? Pastikan bahwa
jawabannya bukan
pasangan, bukan orang tua ataupun boss kita . Kitalah sebenarnya yang
mengendarai mobil kehidupan sendiri. Jadi, baik buruk atau sukses tidaknya
bukan tergantung pada orang lain, dan janganlah menyalahkan orang lain. Dan, keberhasilannya tergantung di tangan kita
sendiri. Agar optimal, ada 4 pembelajaran penting untuk kendalikan mobil
kehidupan kita.
Pertama, Tahu kapan untuk start! Semua kesuksesan di bidang apa
pun tentunya harus dimulai dari sebuah titik yang namanya start. Dalam hal ini
untuk mencapai apa yang akan kita raih tentunya kita harus sudah tahu terlebih
dahulu apa yang akan kita capai,kemana tujuannya,tentukan mimpi kita dengan
detail, persiapan – persiapan apa saja yang harus kita lakukan. Ibarat seperti
akan mengendarai mobil, dalam tahapan ini kita sebut sebagai tahap untuk kita
memanaskan terlebih dahulu mesin mobil kita.
Dalam tahap ini
pun kita dapat berkonsultasi dengan orang – orang yang tepat, dengan mereka –
mereka yang terlebih dahulu sudah berhasil. Tahapan inilah yang merupakan
tahapan yang sangat penting yang akan akhirnya membawa kita mencapai ke puncak
sukses. Hanya saja banyak orang juga yang sudah sampai di tahap ini, tetapi
mereka hanya sampai di tahap persiapan ini saja. Ibarat sudah memanaskan mesin
mobil, tetapi hanya sampai memanaskan mesin mobilnya saja dan tidak kunjung
menjalankan mobilnya.Alias CUMI (Cuma Mimpi.)
Kesuksesan yang
akan kita raih tentunya bukan tergantung berapa banyak yang kita tahu, bukan
hanya seberapa hebat perencanaan kita, tetapi seberapa banyak tindakan yang
kita lakukan. Beberapa orang yang saya kenal yang mungkin tidak begitu
ahli dalam melakukan perencanaan bahkan dalam sisi pengetahuan pun cenderung masuk
dalam kategori yang biasa – biasa saja, tetapi dalam beberapa
tahun saja, kehidupan mereka mengalami perubahan yang luar biasa. Hal ini dikarenakan mereka berani untuk
mengambill tindakan dan berani untuk memulai. Bagaimanakah dengan kita,
sudahkah kitaa memulai apa yang kita rencanakan?
Kedua, tahu kapan untuk tancap gas . Tentunya bukan saat
dikejar POLANTAS seperti teman saya waktu itu.hehehe….Kadang kala tidak
selamanya kita ada di jalan yang macet bukan? Saat jalanan sepi dan kita merasa
yakin, tentunya kita pun dapat mempercepat laju mobil kita. Begitu pula dengan perjalanan kesuksesan kita, kita pun perlu tahu kapan saatnya kita
mempercepat apa yang kita lakukan. Proses mempercepat ini bisa saja dilakukan
dengan menambah skill dan keahlian kita,belajar dan belajar lebih lagi dengan mentor yang sudah
lebih berhasil,media pendidikan yang tepat, membuat tim yang solid yang akan
mendorong kesuksesan menjadi lebih cepat, jeli dalam membaca peluang – peluang
yang ada. Jadi, Sudahkan saat ini kita melakukan proses “tancap gas” dalam
mengendarai mobil kehidupan kita?
Ketiga, Tahu kapan untuk slow dan done.Kadang dalam menjalani mobil
kehidupan dan saat kita melaju untuk memcapai target mimpi – pimpi kita
adakalanya kita tidak tau harus kemana lagi,cara apa yang harus kita lakukan,
dan arah mana yang harus kita tempuh.Bahkan mungkin andai kita sudah merasa yakinpun ternyata dihadapkan
padakondisi yang salah jalan.
“ Jika jalanmu salah,maka berhentilah “
Dalam tahapan ini cobalah sejenak untuk berhenti dan
berfikir,kita sudah berada diposisi jalan yang mana, dimana letak
kesalahannya.Intropeksi( Muhasabah) ulang perjalanan kita. Berhenti sejenak
supaya kita bisa melaju lebih kencang lagi.Sebelum kepada tahapan selanjutnya
yaitu tahapan untuk kita re-kreasi
(menciptakan ulang) sekaligus meng-apreasiasi apa yang telah kita raih.
Disinilah mesin mobil kita dirawat atauun di-charge kembali.
Banyak orang yang terobsesi terus-menerus menjalankan
mobilnya, namun kemudian mogok di tengah jalan karena mesinnya kepanasan.
Ataupun, banyak pula yang terus bekerja namun, tidak sempat menikmati ataupun mengapreasiasi sama
sekali apa yang telah dicapainya.Sebaik – baik apresiasi adalah bersyukur, dan
bersyukur.
Akhirnya,ketika
sudah berhenti dan tau letak dimana posisi kita perlu juga tahapan dimana kita tahu kapan
harus banting setir mobil tatkala kita melihat ke depan bahwa jalanan yang
tersedia, tidak mungkin dilalui,salah jalan seperti cerita saya diatas ataupun macet total. Disinilah kita perlu
memikirkan apa langkah selanjutnya sehingga mobil kita bisa sampai ke tujuan.
Sama halnya dalam kehidupan, ketika bisnis di depan mata tampaknya macet dan
terlalu berisiko, mungkin saatnya bagi kita untuk bantiung setir, mencoba cara
lain ataupun akhirnya memutuskan menjalankan bisnis yang berbeda. Kita harus
jeli melihat kondisi jalan di depan dan bukannya dengan ngotot menerjang ke
dalam arus kemacetan.Dan jangan takut ketika dikatakan Plin-plan.sama sekali
bukan.
Walau saya masih
tahap mimpi (Afirmasi tingkat tinggi..hehehe...) untuk punya mobil sendiri,namun
setidaknya saya sudah bisa nyetir dan membayangkan merawat mobil.Jika
mesin mobil saja dirawat dengan begitu telaten, apalagi dengan mesin tubuh kita
yang harganya beratus-ratus kali lipat dari mobil yang kita kendarai…! So…
balancing your life..Mestinya kita bijak!
0 komentar:
Posting Komentar